Gelar International Webinar, STAI Nurul Islam Mojokerto Berkolaborasi dengan STAI Muafi Sampang dan STITMU Ngawi

Ahad, 25 Mei 2025 STAI Nurul Islam Mojokerto berkolaborasi dengan STAI Muafi Sampang, dan STITMU Ngawi menggelar International Webinar. Speaker dalam International Webinar kali ini yaitu Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. (Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia), Prof. Haji Rusli bin Ahmad (Dosen Sohar University, Oman), dan Dr. Nailun Najah, Lc., M.Th.I. (Dosen STAI Muafi Sampang). Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi zoom meeting. Topik yang diangkat dalam kegiatan International Webinar ini yaitu “Gender Relations in The Qur’an: Critical Perspectives and Global Equality Discourses”. International Webinar ini dipandu oleh Ibu Onik Zakiyyah, M.Pd.I. sebagai moderator. Peserta dalam kegiatan ini kurang lebih 100 peserta yang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa baik dari STAI Nurul Islam Mojokerto, STAI Muafi Sampang, dan STITMU Ngawi.

Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh moderator dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan perguruan tinggi. STAI Nurul Islam Mojokerto diwakili oleh Bapak Muhammad Ibda’u Shulhi, M.Pd. selaku Wakil Ketua I STAI Nurul Islam Mojokerto. Pada sambutannya beliau menyampaikan akan pentingnya kesetaraan. “Islam hadir sebagai agama yang sangat adil, tidak menyetujui adanya realitas kehidupan yang diskriminasi. Al-Qur’an juga mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT baik dalam hak dan kewajiban meskipun memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda sesuai fitrahnya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 menjelaskan bahwa semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Sehingga tidak wajar jika seseorang merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Selain itu, dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 juga menjelaskan bahwa tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Ibadah dalam artian menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, patuh terhadap perintah dan larangan Allah, dimana Allah memerintahkan untuk beribadah maka pasti akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia,” ungkap beliau. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan do’a oleh Bapak Abdullah, M.Pd.I. (Dosen STAI Muafi, Sampang).

Selanjutnya pemaparan materi yang disampaikan oleh tiga pembicara utama. Pertama oleh Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. memaparkan tentang Gender Relations in The Qur’an. “Ayat muhkamat dan mutasyabihat harus didefinisikan dari sisi linguistik dan juga dari sisi bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Semua ayat yang secara bahasa jelas dan secara subtansi isinya itu sesuai dengan rahmatan lil alamin maka itu termasuk ayat muhkamat. Begitu juga ayat tentang gender (QS. Al-Hujurat: 13) bahwa antara laki-laki dan perempuan itu setara yang membedakan adalah ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Ketika ada ayat yang di dalamnya isinya itu seakan-akan laki-laki dan Perempuan itu tidak setara maka itu termasuk dalam ayat mutasyabihat, seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 11. Dalam hal ini bukan berarti pembagian waris antara laki-laki dengan perempuan itu tidak setara, tetapi ketika kita memahami ayat mutasyabihat juga harus mempertimbangkan asbabun nuzul turunnya ayat tersebut,” tutur beliau.

Kedua disampaikan oleh Prof. Haji Rusli bin Ahmad mengenai Women Potraits from Three (3) Continents.Islam raised the status of women, and made them equal with men in most rulings. So women, like men, are commanded to believe in Allah and to worship him. And women are made equal to men in terms of reward in the hereafter. Women have the right to express themselves, to give sincere advice, to enjoin what is good and forbid what is evil,” tutur beliau.

Ketiga oleh Dr. Nailun Najah, Lc., M.Th.I. yang menyampaikan tentang Menafsir Relasi Gender dalam Al-Qur’an dan Realitas Perempuan Madura. Pada kesempatan ini Dr. Nailun Najah Lc., M.Th.I. menyampaikan bahwa urgensi untuk menguatkan basis konseptual perempuan Madura dapat dilakukan melalui pendidikan dan mekanisme kelembagaan. “Melalui pendidikan yaitu dengan cara memberikan akses terhadap kemampuan berfikir kritis. Kemudian sekolah, pesantren, dan tokoh intelektual harus mampu menjadi kran atas tafsir kesetaraan,” tutur beliau. (ain)

Related Posts

STAI Nuris Mojokerto Tingkatkan Kompetensi Pengelola Data Melalui Workshop Kopertais IV Jatim

Sebagai langkah strategis dalam memperkuat sistem informasi dan tata kelola data di lingkungan perguruan tinggiRead More

Perkuat Jejaring Internasional, STAI Nurul Islam Mojokerto teken Kerjasama dengan INTI International University Malaysia

Malang, 8 Mei 2025 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Islam Mojokerto resmi menjalin kerjaRead More

Halal Bihalal Keluarga Besar STAI Nurul Islam Mojokerto Ke-3

Civitas Akademika STAI Nurul Islam Mojokerto menggelar Halal bihalal yang ke tiga kalinya pada padaRead More

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *